Kamis, 16 Februari 2012

Pribadi Muslim Menurut Al-Quran & Sunnah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai Rahmatan Lil Alamin karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus beliau sebagai rahmat bagi manusia.Meyelamatkan mereka dari kesesatan yang akan menjerumuskan ke dalam neraka,Menuntun mereka ke jalan Hidayah yang akan mengantarkan mereka ke Surga.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan batasan-batasannya dan mewajibkan adab-adabnya,barangsiapa berkomitmen dan berpegang teguh dengannya,akan diantarkan kepada tujuan,akan tetapi barangsiapa yang melampaui batas dan menyalahinya,akan dicampakkan ke dalam neraka,,Naudzubillah.”Sesunguhnya apa yang telah ditetapkan dan diwajibkan Allah Subhanahu wa Ta’ala,ada batas kemampuan manusia.Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesusahan bagi hamba-Nya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dipilh oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagai utusan-Nya,pembawa berita dan pemberi peringatan yang tertuang dalam Al-Qur’an,yang disertai petunjuk pelaksanaanya yang berupa Sunnah yang shahih,Sunnah adalah aplikasi perbuatan dalam tataran kehidupan sehari-hari yang di contohkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Al-Qur’an dan Sunnah adalah dua pusaka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang harus selalu dirujuk setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang sangat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan Sunnah adalah pribadi yang shaleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Persepsi atau gambaran masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah-nya saja.

Padahal, itu hanyalah salah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Bila disederhanakan, ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim yaitu :

1.Salimul Aqidah (Aqidah yang Bersih)

Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya.

Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi ALLAH tuhan semesta alam” (QS. Al-An’aam : 162).

Karena aqidah yang bersih merupakan sesuatu yang amat penting, maka pada masa awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.

2. Shahihul Ibadah (Ibadah yang Benar)

Shahihul Ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda:

“Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”.

“Shalat itu merupakan tiang Agama,barangsiapa yang mendirikannya,maka ia telah mendirikan Agama,Dan barangsiapa yang meninggalkannya, berarti ia telah meruntuhkan Agama.”(H.R. Baihaqi)

Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq (Akhlaq yang Kokoh)

Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun dengan makhluk-makhlukNya. Dengan akhlaq yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam diutus untuk memperbaiki akhlaq dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaqnya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al Qur’an.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlaq yang agung” (QS. Al-Qalam : 4 ).

4. Qawiyyul Jismi (Kekuatan Jasmani)

Qawiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, shaum/puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim)

5. Mutsaqqaful Fikri (Intelek dalam Berfikir)

Mutsaqqaful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah fatanah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang menyemangati manusia untuk berfikir,

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah ALLAH menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS. Al-Baqarah : 219).

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar : 9).

6. Mujahadatul Linafsihi (Berjuang melawan Hawa Nafsu)

Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan.

Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)

7. Harishun Ala Waqtihi (Pandai menjaga Waktu)

Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari ALLAH dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi.

Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni “

“Waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin”.

8. Munazhzhamun fi Syuunihi (Teratur dalam suatu Urusan)

Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam menunaikan tugas-tugas.

9. Qadirun Alal Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri)

Qadirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi.

Karena, pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umrah, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.

Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rezeki yang telah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau keterampilan.

10. Nafi’un Lighairihi (Bermanfaat bagi Orang Lain)
Nafi’un lighairihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.

Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal mungkin untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir)

2 komentar: